Jumat, 06 April 2012

Sky Freeze


Jumat 6 April 2012 pagi saya bermimpi  aneh. Mimpi itu sangat mengerikan dan membuat bulu kuduk saya berdiri. Perasaan saya menjadi sangat resah dan galau karena mimpi itu.
Sore hari, sekitar pukul 15.00 waktu setempat, saya keluar dari rumah. Tanpa sengaja saya melihat ke langit. Alangkah terkejutnya saya karena di langit banyak pemandangan aneh. Saya melihat dua buah pesawat terbang sayap tetap (fix two wings aircraft) di langit. Hal yang sangat aneh adalah kedua pesawat tersebut diam dan tidak bergerak. Baling-baling pesawat dan asap yang keluar dari pembuangan juga tidak bergerak.
Sebuah pesawat mirip dengan pesawat penumpang komersial berwarna putih dan sebuah pesawat lagi mirip dengan pesawat kargo yang digunakan oleh militer. Pesawat yang mirip dengan pesawat kargo tersebut berwarna hitam dan berbadan besar.
Saya berlari menghampiri ayah saya dan memberitahu beliau tentang apa yang saya saksikan. Melewati sebuah lapangan yang dipenuhi dengan rumput yang dipangkas rapi laksana lapangan golf, saya melihat beberapa orang warga negara Afrika sedang bermain bola. Saya juga memberitahu mereka apa yang saya saksikan dengan menggunakan bahasa Inggris.
"Guys, look at the sky. Sky freeze. Sky freeze", kata saya yang kurang mengerti bahasa Inggris sambil menunjuk ke langit. Saya hanya berharap bahwa mereka mengetahui apa yang saya maksud.
Saya menggunakan istilah "sky freeze" karena semua benda yang ada di langit tidak bergerak, termasuk asap dan awan sehingga langit tersebut seakan membeku.
Ketika saya dan beberapa orang warga negara Afrika tersebut melihat ke langit, dua buah pesawat yang saya lihat semula sudah tidak ada lagi. Kami mundur beberapa langkah untuk melihat bagian langit yang tertutup oleh pohon. Tiba-tiba kami melihat ada pesawat lain yang lebih panjang di langit. Pesawat tersebut juga tidak bergerak.
Melihat kejadian tersebut, kami ketakutan dan berlari tidak menentu. Alangkah terkejutnya saya karena pesawat hitam besar yang sebelumnya saya lihat sudah mendarat di depan saya. Pesawat tersebut melepaskan tembakan berupa api untuk melindungi diri namun tidak menyerang. Saya yang melintas di belakang pesawat hampir terkena tembakan api tersebut. Pesawat tersebut ternyata tidak berawak.
Sementara, langit sudah dipenuhi dengan pesawat-pesawat tempur penyerang. Mereka melepaskan tembakan untuk menyerang warga. Hal yang sangat aneh adalah mereka tidak menyerang rumah maupun gedung. Mereka hanya menyerang manusia. Hal yang lebih aneh lagi adalah mereka tidak menyerang semua manusia. Mereka hanya menyerang orang Islam.
Banyak orang berlarian menghindari tembakan yang dilepaskan oleh pesawat-pesawat tersebut. Saya masih berusaha mencari siapa dalang di balik penyerangan tersebut dan apa motif mereka. Saya masuk ke kamar. Saya tidak mengetahui apa yang harus saya lakukan.
Tiba-tiba saja saya melihat sebuah sinar berwarna merah menembus jendela kamar saya. Warna sinar tersebut mirip dengan warna sinar laser pada pena pointer namun mempunyai diameter kira-kira 30 cm. bentuk warna tidak beraturan, tidak bulat dan tidak pula persegi. Saya mematikan lampu kamar saya. Anehnya, sinar tersebut hilang bersamaan dengan lampu kamar yang mati.
Saya memandangi handphone yang tergeletak di lantai kamar saya. Saya terus berpikir bagaimana mungkin pesawat tidak berawak bisa menyerang manusia dan hanya orang Islam saya yang diserang. Bagaimana mungkin pesawat tidak berawak tersebut bisa mengetahui agama seseorang melalui wajah.
Saya menduga bahwa dalang di balik penyerangan tersebut telah mengumpulkan semua data-data targetnya. Mereka menyimpan foto dengan berbagai posisi pengambilan dan juga informasi agama. Lalu dari mana mereka mendapatkan informasi tersebut?
Dugaan sementara saya, mereka mendapatkan informasi tersebut melalui jejaring sosial yang mereka miliki atau mereka membeli data tersebut dari pemilik jejaring sosial tertentu yang memiliki banyak anggota terutama dari Indonesia.
Saya masih terus mencari informasi tentang siapa sebenarnya dalang di balik penyerangan besar-besaran tersebut. Mungkinkan mereka adalah kelompok ekstrim kiri Amerika yang selama ini banyak membantai umat Islam di Timur Tengah dengan berbagai macam alasan yang mereka ada-adakan?
Waktu sholat ashar pun masuk. Saya keluar dari kamar dan meuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Pintu kamar mandi terbuka sehingga saya bisa melihat ke luar. Tiba-tiba saja sebuah mobil sedan melintas dan berhenti ketika melihat saya. Saya dengan jelas melihat dua orang yang ada di dalam mobil tersebut karena kaca mobil terbuka. Satu orang laki-laki yang duduk di depan dan satu orang perempuan duduk di belakang. Keduanya berambut pirang seperti orang Amerika yang saya lihat di TV dan di film. Mereka melihat saya dengan pandangan sinis.
Saya berusaha untuk tidak mempedulikan mereka. Saya harus menyelesaikan wudhu saya dan ingin segera sholat. Setelah selesai sholat, saya akan melanjutkan perjuangan untuk melawan pesawat-pesawat penyerang tersebut dengan segala kemampuan yang saya miliki. Jika saya mati, maka saya akan masi sebahai syahidin dan saya tidak takut mati. Akan tetapi, saya tidak ingin mati dengan begitu mudah karena saya ingin membebaskan umat Islam yang lain.
Sayang sekali, mimpi saya terhenti. Saya terjaga setelah saya menyelesaikan wudhu sebelum saya sholat Ashar. Kondisi fisik yang tidak begitu fit membuat saya tidak nyenyak tidur.
Saya masih tetap terbaring di tempat tidur antara sadar dan tidak sadar namun sudah berhenti dari mimpi. Beberapa saat kemudian alarm di handphone saya berbunyi. Alarm saya atur pukul 05.30 karena jujur saja, saya memang akhir-akhir ini malas bangun pagi.
Setelah mendengar alarm, saya tidak langsung bergegas untuk berwudhu dan melaksanakan sholat Shubuh. Saya masih duduk dan merenung sekitar satu atau dua menit. Setelah itu, barulah saya ke kamar mandi untuk berwudhu.
Usai melaksanakan sholat Shubuh, saya mengambil notebook yang masih berada di dalam tas karena sejak saya pulang dari kampus tadi malam, saya belum membuka notebook saya. Saya langsung menulis untuk menceritakan mimpi saya. Saya tidak mengetahui pukul berapa saya mulai menulisnya. Hal yang pasti adalah saat ini jam di notebook saya menunjukkan pukul 07.06 waktu setempat.
Itulah mimpi saya malam itu. Saya menceritakan mimpi itu apa adanya. Saya tidak mengetahui apakah mimpi saya itu mempunyai arti atau hanya bunga tidur saja. Namun yang pasti, data-data tentang diri pribadi kita, meski tidak berarti menurut kita, namun sangat berarti menurut orang lain.
Karena mimpi tersebut, saya menjadi khawatir dengan keberadaan saya di jejaring sosial asing. Saya ingin menghapus akun saya. Sayangnya, saya pernah mendaftar dengan email yang sudah tidak aktif lagi. Saya juga tidak ingat lagi passwordnya.